Picture
...

Kampung Gandekan atau yang sekarang secara administratif masuk ke dalam wilayah Kelurahan Gandekan Kecamatan Jebres Kota Surakarta adalah bagian dari kampung urban yang terbentuk seiring dengan perkembangan Kota Surakarta atau saat ini lebih dikenal luas dengan nama Kota Solo itu sendiri. Kampung Gandekan terbagi menjadi Gandekan Tengen dan Gandekan Kiwo. Nama kampung Gandekan sendiri berasal dari nama abdi dalem dari Kraton Kasunanan Surakarta yaitu Gandhek, yang terdiri dari 2 golongan yaitu Gandhek Tengen (Kanan) dan Gandhek Kiwa (Kiri), sehingga nama kampung tempat abdi dalem gandhek tinggal itu akhirnya disebut dengan kampung Gandekan Tengen dan kampung Gandekan Kiwa.

Kampung Gandekan juga merupakan salah satu kampung yang berbatasan langsung dengan aliran Kali Pepe, Masyarakat Kota Solo secara turun temurun menganggap Kali Pepe sebagai bagian dari memori kolektifnya. Sungai tersebut ikut menentukan sejarah Kota Solo. Bila mengkaji Kali Pepe dalam perspektif sejarah, kita akan menemukan banyak kisah yg berserak. Kuntowijoyo(2000) menulis, pemilihan lokasi Keraton Surakarta di desa Sala pada abad XVIII didasarkan atas pertemuan Kali Pepe dengan Bengawan Semanggi yg disebut tempuran. Masyarakat Jawa percaya bahwa tempuran memiliki kekuatan magis. Lagi pula, pada periode itu di tempuran tersebut merupakan jalur perdagangan. Tempo dulu , Kali Pepe menjadi urat nadi perdagangan di Pasar Gedhe.

...
Semangat Pengrajin ;p

Posisi kampung gandekan yang secara geografis berada di aliran Kali Pepe memberikan dampak yang positif dan negatif. Secara positif merupakan kawasan strategis perdagangan yang sangat menguntungkan diperkuat dengan letaknya yang dekat dengan Pasar Gedhe Hardjonegoro, pasar tradisional terbesar di pusat kota Solo sehingga memunculkan industri-industri rumahan. Sedangkan dampak negatif yang ada adalah selalu menjadi kawasan langganan banjir sehingga menjadikan penduduk kampung gandekan selalu was-was jika musim penghujan tiba. Bisa jadi banjir terjadi karena kiriman dari hulu kali Pepe maupun limpahan banjir dari Bengawan Solo.

Salah satu industri rumahan yang ada di kampung gandekan adalah kerajinan sandal kulit. Adalah Ibu Suyamto, sebagai pelopor industri rumahan kerajinan sandal kulit yang secara tradisional masih menggunakan perlengkapan sederhana dan mengandalkan keuletan dan ketelitian dari pengrajin itu sendiri yang mengolah bahan baku kulit mentah hasil penyamakan dari magetan menjadi sandal kulit yang siap pakai dengan beragam jenis model baik untuk wanita maupun pria.

Ibu Suyamto adalah generasi kedua dari pengrajin sandal kulit kampung gandekan, Ayah dari ibu Suyamto adalah pelopor dari industri ini. Beliau sudah mulai mengerjakan kerajinan sandal kulit ini sejak 40 tahun lalu dan mendapatkan pasar yang cukup baik di Kota Yogyakarta sehingga pada akhirnya pada masa kejayaannya, dapat diteruskan oleh Ibu Suyamto dan pengrajin lain sampai sekitar 30 pengrajin dengan pasar yang sama, hanya berkonsentrasi di Kota Yogyakarta..

Memasuki tahun 1998 hingga 2010, karena kebijakan pasar bebas memberikan peluang kepada produsen asing untuk masuk ke Indonesia memberikan tawaran bagi konsumen Indonesia, salah satunya adalah produsen sandal dari china. Tawaran harga yang lebih murah dari sandal kulit china, harga bahan baku kulit dan karet yang terus mengalami kenaikan serta tidak diikuti oleh kenaikan harga jual sandal kulit produksi kampung gandekan dan strategi marketing yang konvensional-hanya mengandalkan pasar yogyakarta yang terus lesu- akhirnya membuat pasar industri rumahan sandal kulit kampung gandekan menjadi menurun dan bangkrut, dari 30 pengrajin menjadi tinggal 1 yaitu sandal produksi ibu suyamto pada akhir tahun 2010.

...

- dengan semua proses yang panjang kami lahir kembali dengan semangat yang baru dan membangun untuk kampung ku ;) -

salam hangat kami,
para pengrajin sandal kulit bu yamto ;)
..............................................................................................................................................................................................................................
HISTORY
Kampoong Gandekan stands on riverbank Pepe River. It gives two  impacts for kampoong  itself. First, its position   provides strategical issues of trade nearby the Pepe River as transportation way to the Pasar Gedhe (Traditional Great Market in Solo) at past therefore raise up home industries. Second, the kampoong always be a flood area comes from Pepe River, so the residents affraid when  it rains. One of the home industries in kampoong gandekan is traditionial sandal craft. its material comes from leather. We meet the last traditional sandal craftman , Mrs. Suyamto.She's the second generation of first sandal craftman on kampoong gandekan. Her spirit to maintain the craft gives us a fire to take a part of assistance, to raise up the memories of gotong royong-old times spirit in kampoong-which is decrease nowadays. She stands still in kampoong gandekan meanwhile she faces the flood every rainy season. for information, the traditional sandal crafts are part of micro-meaium bussiness (UMKM), UMKM gives 99 % of total bussiness in indonesia. so, why don't we go to take spirit from kampoong gandekan to better indonesia in every part of it.  

Cintai Produk Dalam Negeri !


Berikut adalah proses Pembuatan Sandal Kulit Bu Yamto yang dikerjakan secara manual , dengan penuh ketelitian dan semangat yang luar biasa.
Keuletan yang dibagikan oleh bu yamto menunjukkan semangat seorang wanita yang sederhana dan terus berkarya sesuai dengan kemampuannya. Salah satu khas pengerjaan sendal ini masih sangat tradisional -- bagian dari pelepah pisang menjadi bagian proses pengeleman alas kali sendal kulitnya. silahkan simak, video berikut ini ;D  

(klik disini!)  VIDEO PENGELEMAN ALAS KAKI!


Industri sendal kulit buatan solo dulu pada zamannya merupakan penghasil sendal kulit yang sangat berhasil, dengan peminat dari  yang sangat banyak. Namun, begitu proses resesi dan kondisi ekonomi yang terus menekan serta daya saing yang tidak bisa dibendung dengan produk-produk luar negeri, terlebih dengan masuknnya produk  industri dari china ternyata sangat mencekik pengrajin Kampung gandekan yang dulunya adalah Kampungnya pengrajin sendal jepit solo -- dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini para pengrajin mulai gulung tikar. sebut saja dulu masih ada 30 pengrajin (juragan) sekarang tinggal ibu suyamto dan keluarga yang hanya masih bertahan dan mencoba terus menekuni keahlian ini...

* untuk lebih detailnya silahkan simak diskusi singkat kami dengan ibu suyamto dan keluarga dari pengrajin

(klik disini!) VIDEO PROSES PEMBUATAN  SENDAL KULIT!

    Title Text.