Sandal Adem bikin Ayem
(Comfort sandals make peacefull :)

....

semangat kami demi satu perubahan ;D


Ratusan perajin sepatu sandal di Kalirahman, Gandekan, Jebres, Solo gulung tikar. Tingginya harga bahan baku serta modal yang tipis merupakan faktor utama.

Berdasarkan keterangan perajin di kampung tersebut, beberapa tahun lalu hampir seluruh warga di kampung tersebut merupakan perajin sepatu sandal kulit. Namun, sejak krisis 1998 hingga sekarang, jumlah perajin yang masih eksis jumlahnya bisa dihitung dengan jari.

Suyamto, salah seorang perajin yang masih bertahan mengatakan, saat ini jumlah perajin yang masih eksis di bawah 10 orang. Itupun dengan kondisi yang sedang-sedang saja. Sebab untuk mengembangkan usaha, mereka tidak punya cukup modal. Terlebih pemasaran produk selama ini sangat terbatas.

"Dulu ada ratusan perajin di kampung ini. Akan tetapi sejak krisis 1998 hingga sekarang jumlah perajin yang masih eksis di bawah 10," ujarnya.

Saat ini saja, kata dia perajin masih dihadapkan dengan berbagai persoalan yang menyangkut proses produksi. Sebab, bahan baku berupa kulit yang biasanya didatangkan dari Magetan, Jawa Timur makin susah didapatkan. Kalaupun ada, harganya sudah sangat mahal. Kulit yang biasanya hanya Rp 14 ribu/kg sekarang melejit jadi Rp 35 ribu.

"Biasanya setiap seminggu itu ada yang mengirimkan kulit, tetapi sekarang tidak ada. Ketika mencari ke Magetan langsung belum tentu dapat, karena perajin di sana juga pada gulung tikar," keluhnya.

Kondisi tersebut masih diperparah dengan sepinya pesanan dari pelanggan. Sebab, produk kerajinan warga yang biasanya hanya di pasarkan di Yogyakarta tersebut makin tergerus produk luar negeri. Dalam situasi normal, satu perajin bisa mengirimkan produk tersebut hingga tiga kali sepekan. Dengan satu pengiriman 15 hingga 20 kodi. Namun saat ini sekali dengan jumlah antara 10 hingga 15 kodi dengan harga Rp 240 ribu/kodi.

Hal senada juga diungkapkan, Dolik Widodo. Perajin ini mengatakan, kenaikan biaya produksi yang mencapai 75 persen tidak serta merta menaikkan harga jual. Sebab, ketika harga jual naik, dikhawatirkan pelanggan akan beralih ke produk impor yang harganya sama tetapi kualitasnya tidak jauh berbeda.

"Produk dari China itu memang sangat mengancam bagi perajin kecil. Apalagi berdasarkan informasi, orang China sudah mulai membuang produknya ke Indonesia dengan harga murah karena krisis global," ujarnya.

Untuk itu dia berharap, pemerintah juga membatasi barang impor dari luar negeri. Dengan harapan, perajin dalam negeri dengan segala produknya bisa bertahan.

sumber.
Arsip suaramerdeka.com.
| 15:45 wib | Daerah
Perajin Sepatu Sandal Gulung Tikar
Surakarta, CyberNews. 

...

catatan harian bu yamto
15 Februari 2009 
surakarta